Selasa, 29 Maret 2011

Teks Khuthbah Jumat 1 (Hakikat Syirik)


          الحمد لله، الحمد لله الذي بذكره تطمئن القلوب. وبفضله ورحمته تغفر الذنوب. أشهد أن لا إله إلا الله لا يشركه في ملكه أحد ولا يحصي نعمه عدد. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله رحمة للعالمين. صلى الله على سيدنا محمد وعلى آلـــه وصحبه أهل البصر بالدين والعلم بكتاب الله المبين.
          أما بعد, فيا عباد الله رحمكم الله! أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون. اتقوا الله حق تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلون.
معاشر المسلمين رحمكم الله!
            Marilah kita semua meningkatkan taqwa kepada Allah, yaitu dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah Swt. berfirman

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. Annisa: 116)

Seorang ahli tafsir terkemuka, yang disepakati kepakarannya dalam bidang tafsir Qur’an, pengarang tafsir terkenal Al-Jami’ li ahkamil Qur’an, yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, di dalam menjelaskan ayat ini berkata: “maka ketahuilah bahwa ulama-ulama kita berkata : Syirik itu tiga tingkat dan seluruhnya haram. Syirik yang paling tinggi adalah keyakinan akan adanya sekutu bagi Allah pada ketuhanannya, inilah yang dimaksud dengan syirik akbar, yaitu syiriknya kaum jahiliah. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah
(إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء, (Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya).
Syirik tingkat kedua adalah keyakinan akan adanya sekutu bagi Allah dalam perbuatan, yaitu keyakinan bahwa ada sesuatu selain Allah yang dapat mengadakan dan melakukan sebuah perkara dengan tidak tergantung kepada Allah, meskipun ia tidak meyakini bahwa sesuatu itu adalah tuhan seperti keyakinan kaum qadariyyah.
Syirik tingkat ketiga adalah syirik dalam ibadah atau riya, yaitu bahwa seseorang melakukan sesuatu ibadah yang diperintahkan Allah, tetapi bukan karena menjunjung perintah Allah.

Jamaah Jumat Rahimakumullah
Jika kita mencermati tiga tingkatan syirik yang dikemukakan oleh Imam al-Qurthubi tersebut, kita akan tahu bahwa syirik sesungguhnya adalah masalah hati dan keyakinan. Syirik bukanlah dosa zahir yang dapat dilihat, tetapi dosa batin yang menyangkut iktikad atau keyakinan. Kita ambil contoh sebuah perbuatan yaitu sujud. Sujudnya penyembah berhala kepada berhala merupakan kemusyrikan, tetapi sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam merupakan sebuah ketaatan kepada Allah yang terpuji. Lalu, di mana letak perbedaan antara dua hal ini, padahal perbuatan sujudnya adalah sama. Letak perbedaan sesungguhnya adalah pada masalah iktikad atau keyakinan. Sujudnya penyembah berhala adalah didasari keyakinan bahwa berhala-berhala tersebut adalah tuhan-tuhan. Sementara sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam adalah didasari oleh ketaatan penuh kepada perintah Allah, sehingga Iblis yang menolak melakukan hal tersebut dianggap membangkang dan kafir.
Saudara-saudara Jamaah Jumat rahimakumullah….!
Ada beberapa perbuatan yang oleh sebagian muslimin yang kurang mengerti dianggap sebagai perbuatan syirik bahkan dianggap syirik akbar yang mengeluarkan seseoranga dari Islam. Diantaranya:
1. Air doa dari orang shaleh.
            Kepercayaan terhadap khasiat air doa dari orang shaleh dianggap oleh sebagian muslimin sebagai perbuatan syirik. Tetapi kepercayaan terhadap khasiat obat dari dokter bukan kemusyrikan.  Hal ini haruslah diluruskan. Bukankah kita sudah mengetahui bahwa syirik sesungguhnya adalah dosa hati! Orang beriman kokoh memegang akidah bahwa tidak ada yang memberikan manfaat kecuali Allah sebab Allah sajalah yang bersifat النافع, dan bahwa hanya Allah yang dapat memberikan bahaya, sebab hanya Dia-lah yang bersifat الضارّ. Jika ada yang meyakini bahwa air doa dari orang shaleh itulah yang sesungguhnya menyembuhkan tanpa ada hubungan dengan Allah, maka orang itu musyrik. Demikian juga yang meyakini bahwa obat dari dokter yang sesungguhnya menyembuhkan, maka orang itupun juga musyrik. Janganlah kita menganggap bahwa obat dari dokter itu adalah hal yang ilmiah sehingga bukan kemusyrikan, sementara air doa tidak ilmiah, lalu merupakan kemusyrikan. Ilmiah tidak ilmiah, bukan itu pembeda perbuatan syirik atau tidak. Pembeda sebenarnya, sekali lagi adalah keyakinan. Betapa banyak pengobatan-pengobatan orang dahulu yang tidak ilmiah, tetapi berkhasiat paten. Diantaranya adalah berobat dengan meminum atau mengusapkan air rendaman pakaian Rasulullah Saw. Disebutkan dalam shahih Muslim hadits yang 3855 yang membicarakan tentang baju jubah Rasulullah dengan penggalan hadits sebagai berikut
 فَقَالَتْ هَذِهِ جُبَّةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جُبَّةَ طَيَالِسَةٍ كِسْرَوَانِيَّةٍ لَهَا لِبْنَةُ دِيبَاجٍ وَفَرْجَيْهَا مَكْفُوفَيْنِ بِالدِّيبَاجِ فَقَالَتْ هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا
Yang maknanya bahwa jubah Rasulullah disimpan oleh Aisyah Ra, sesudah beliau meninggal maka jubah itu disimpan oleh saudari Aisyah, Asma. Asma berkata bahwa kami (sebagian sahabat Rasulullah) seringkali membasuh baju Rasulullah ini sebagai obat.
Berobat dengan meminum  atau mengusapkan air basuhan jubah ini tidak ilmiah, tetapi siapa berani yang mengatakan bahwa hal ini adalah syirik. Apakah mereka berani menuduh kepada syirik kepada sahabat Rasulullah Saw.
Contoh lain adalah berobat dengan campuran air liur dan tanah . sebagaimana hadits
عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى الْإِنْسَانُ الشَّيْءَ مِنْهُ أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا وَوَضَعَ سُفْيَانُ سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ ثُمَّ رَفَعَهَا بِاسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
قَالَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ يُشْفَى و قَالَ زُهَيْرٌ لِيُشْفَى سَقِيمُنَا
Berobat dengan tanah yang dicampur sedikit air liur tidak ilmiah, tetapi bukanlah kemusyrikan. Sebab Nabi kita mengajarkan kepada sahabat, apakah Rasulullah mengajarkan perbuatan syirik???
Belum lagi pengobatan orang-orang dahulu yang aneh-aneh, seperti menyembuhkan sakit gigi dengan media menempelkan paku ke dinding, atau dengan membuat paisan keminting laki dan bini yang ditempelkan ke pipi, mengobati menyamak dengan bawang tunggal, menyembuhkan ketulangan dengan menyentuh dubur pasien dengan minyak goreng, menyembuhkan sendawa anak kecil dengan hanya meniup telapak tangan anak kecil itu, membetulkan posisi bayi sungsang dengan media memutar piring putih atau bahkan meminum air rendaman batu petir milik dukun cilik ponari dan banyak lagi. Lalu apa yang salah dari semua itu, selama tidak melalui media yang diharamkan, dan selama tetap kokoh dalam memegang akidah bahwa لا نافع إلا الله yaitu bahwa tidak ada yang sesungguhnya dapat memberikan manfaat kecuali Allah. Semua itu hanya ikhtiyar, Allah saja yang menyembuhkan. Sebagaimana firman Allah وإذا مرضت فهو يشفين (dan jika aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan).
2. bertabarruk dengan mencium nisan kubur seorang ulama.
Ketika wafatnya sayyidi syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, para pecinta beliau bertabarruk dengan mencium nisan beliau. Hal ini sempat menjadi ramai dan menuai tuduhan-tuduhan menyakitkan dari orang-orang yang tidak sepaham yang menuduh bahwa hal ini adalah kultus individu yang merupakan kemusyrikan.
Saudara-saudara, sekali lagi syirik adalah masalah hati. Lalu mengapa menuduh syirik perbuatan mencium nisan yang merupakan perbuatan zahir.
Memang perbuatan tabarruk dengan mencium kubur merupakan masalah khilafiah. Imam ghazali mengharamkannya dalam ihya, demikian juga Imam Nawawi. Tetapi banyak juga ulama besar yang tidak mempermasalahkannya seperti Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam ath-Thobari. Khilaf sesungguhnya terletak adalah pada masalah boleh atau tidak. Bukan pada masalah syirik atau tidak. Sebab tidak seorang ulamapun, bahkan dari kalangan yang mengharamkan, yang menganggap hal itu adalah kemusyrikan. Jika anda sepakat dengan dalil mereka yang mengharamkan, maka anda tidak boleh mengingkari mereka yang sepakat dengan dalil yang membolehkan. Karena ini adalah masalah ijtihad. Sementara, perbedaan hasil ijtihad sudah terjadi sejak zaman para sahabat.
3. Berdoa di kubur orang saleh
Berdoa di kubur orang shaleh juga seringkali dianggap kemusyrikan oleh sebagian orang. Mereka menganggap bahwa hal itu samasaja dengan berdoa kepada selain Allah. Anggapan demikian juga perlu diluruskan. Sebab mereka yang berdoa di kubur orang shaleh tidak sedikitpun berkeyakinan bahwa orang shaleh itu yang mengabulkan doa. Mereka berdoa kepada Allah dengan harapan agar Allah mengabulkan doa mereka berkat rahmat Allah yang diturunkan kepada orang shalih tersebut. Berdoa di kubur orang saleh sering dilakukan oleh ulama-ulama dahulu, bahkan dicontohkan oleh Imam Syafi’I yang berdoa untuk terkabulnya hajat di kubur Imam Besar Abu Hanifah Rahimahulllah.
وروى الخطيب في تاريخه عن علي بن ميمون رضي الله عنه أنه قال : سمعت الشافعي رضي الله عنه يقول: إني لأتبرك بأبي حنيفة أجيء إلى قبره في كل يوم يعني زائرا فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين وجئت إلى قبره وسألت الله تعالى الحاجة عنده فما يبعد عني حتى تقضى وقد صح وبسند صحيح توسل الإمام الشافعي بالإمام أبي حنيفة رضي الله عنهما
Lalu apakah Imam Asy-Syafi’I telah mencontohkan kemusyrikan????

Saudara2

Akhirnya, berhati-hatilah dalam menuduh syirik. Karena menuduh syirik apalagi syirik akbar berarti menuduh kafir. Dan menuduh kafir bukan perkara remeh. Perhatikan sabda Nabi SAW
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا
Artinya…….

Saudara 2
Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah mengkhawatirkan umatnya terjerumus kepada kemusyrikan syirik akbar, yang paling dikhawatirkan oleh beliau bahkan adalah syirik khafi yaitu riya, yaitu beramal tidak karena Allah. Perhatikan sabda Nabi saw
وفي  سنن ابن ماجه عن شداد بن أوس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إن أخوف ما أتخوف على أمتي الاشراك بالله أما إني لست أقول يعبدون شمسا ولا قمرا ولا وثنا ولكن أعمالا لغير الله وشهوة خفية) خرجه الترمذي الحكيم.
Artinya….

Demikian khutbah ini, semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Amin ya Rabbal alamin
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم. وأستغفر الله لي ولكم ولوالدي ولوالديكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه فيا فوز المستغفرين ويا نجاة التائبين.

1 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus